Pada tahun 1971, Prof. Thomas R. Weirich,
Clarence G. Avery dan Henry R. Anderson mengemukakan tiga pendekatan berbeda:
1.
Sistem universal;
Dalam kerangka
konsep pertama, akuntansi internasional dianggap sebagai suatu sistem universal
yang bisa diadopsi oleh semua negara. Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) untuk seluruh dunia, semacam yang ada di AS, akan dibentuk.
Praktik-praktik dan prinsip-prinsip akan dikembangkan sehingga bisa diterapkan
di semua negara. Konsep ini akan menjadi tujuan akhir dari sistem akuntansi
internasional.
2. Pendekatan deskriptif dan informative yang mencakup semua metode dan
standar dari semua negara; dan
Konsep utama kedua dari istilah akuntansi
internasional melibatkan pendekatan yang deskriptif dan informatif. Berdasarkan
konsep ini, akuntansi internasional meliputi semua ragam prinsip, metode dan standar
akuntansi dari semua negara.Konsep ini melibatkan GAAP masing-masing negara,
sehingga akuntan perlu menyadari sejumlah prinsip berbeda ketika mempelajari
akuntansi internasional.Tidak ada prinsip-prinsip universal atau sempurna yang
perlu dibentuk. Kumpulan semua prinsip, metode dan standar dari semua negara
akan disebut sebagai sistem akuntansi internasional. Perbedaan-perbedaan ini
muncul karena perbedaan-perbedaan dalam geografis, pengaruh social, ekonomi,
politik, dan hukum.
3.
Praktik-praktik akuntansi dari anak-anak perusahaan yang ada di luar negeri
dan perusahaan-perusahaan induk.
Akuntansi Bagi Perusahaan Anak di Luar
Negri.Konsep utama ketiga yang bisa diaplikasikan ke “akuntansi internasional”
mengacu kepada praktik-praktik akuntansi perusahaan induk dan perusahaan
anak-nya di luar negeri. Acuan atas negara tertentu atau tempat domisili
perusahaan diperlukan dalam konsep ini agar pelaporan keuangan internasional
efektif.Kepentingan akuntan yang utama adalah translasi dan penyesuaian laporan
keuangan anak perusahaan. Masalah-masalah akuntansi yang berbeda akan timbul
dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda harus diikuti tergantung negara mana
yang digunakan sebagai acuan bagi translasi dan penyesuaian.
Tujuan Akuntansi Internasional
Adapun tujuan dari adanya akuntansi internasional adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengembangkan dalam kepentingan
umum, satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipamahi
dan dapat diterapkan yang mewajibkan infromasi yang berkualitas tinggi,
transaparan, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan dan pelaporan
keuangan lainnya untuk membantu para partisipan dalam pasar modal dunia dan
pengguna lainnya dalam membuat keputusan ekonomi.
2.
Untuk mendorong penggunaan dan
penerapan standar-stnadar yang ketat.
3. Untuk membawa konvergensi standar
akuntansi nasional dan Standar Akuntansi Internasional dan Standar Pelaporan
Keuangan Internasional ke arah solusi berkualitas tinggi.
4.
Untuk membantu dan memudahkan bisnis
atau usaha antar Negara-negara di dunia.
5.
Membantu perekonomian dunia ke arah
yang lebih baik.
Cluster Model Sistem Akuntansi dan Penyebab
Perbedaan
Penelitian mengenai pengklasifikasian
sistem akuntansi memiliki dua bentuk utama yaitu Pendekatan deductive atau judgmental dan Pendekatan inductive atau empirict.
1. Pendekatan deductive (The
Deductive Approach)
Pada pendekatan deductive dapat
mengidentifikasikan faktor lingkungan yang relevan dan mengkaitkan itu dengan
praktek akuntansi nasional, pengelompokan internasional atau pola perkembangan
yang diajukan.
Analisa lingkungan yang dilakukan
oleh Mueller dipublikasikan dalam bukunya international Accounting (1967)
mengidentifikasi empat pendekatan yang berbeda dalam perkembangan akuntansi,
yaitu :
1.
Pola ekonomi makro (Macroeconomic Pattern)
Pada
pendekatan ini dapat dilihat bahwa ternyata akuntansi dalam bisnis sangat
berhubungan erat dengan kebijakan perekonomian nasional. Tujuan perusahaan
biasanya mengikuti kebjakan ekonomi nasional. Beberapa negara yang memakai pendekatan
ini adalah Swedia, Prancis dan Jerman
2.
Pola ekonomi mikro (Microeconomic Pattern)
Dalam
pendekatan ini akuntansi dipandang sebagai cabang dari ekonomi bisnis dan
konsep akuntansi diperoleh dari analisa ekonomi dan berhubungan dengan
pemeliharaan dalam modal yang diinvestasikan ke dalam perusahaan atau dengan
kata lain konsep akuntansi merupakan derivasi dari analisa ekonomi. Konsep
utamanya adalah bagaimana mempertahankan investasi modal dalam sebuah entitas
bisnis.
3.
Pola Disiplin Independen (Independent Discilpine
Approach)
Dalam
pendekatan ini akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa dan merupakan bagian
dari praktek bisnis. Akuntansi diasumsikan dapat mengembangkan kerangka
konseptualnya sendiri yang didasarkan pada pengalaman praktek bisnis yang
sukses. Negara Amerika dan Inggris menganut pendekatan ini.
4.
Pola keseragaman akuntansi (Uniform Accounting
Approach)
Dalam
pendekatan ini akuntansi dipandang sebagai alat yang efisien untuk melaksanakan
pekerjaan administrasi dan kontrol. Dalam hal ini, akuntansi juga digunakan
untuk mempermudah penggunaan dan menyeragamkan baik pengukuran, pengungkapan
dan penyajian serta sebagai kontrol untuk semua tipe bisnis dan pemakai
termasuk manajer, pemerintah dan otorisasi perpajakan.
Selain itu klasifikasi yang dilakukan oleh G.G
Mueller yang dimuat dalam The International Journal of Acounting (Spring
1968) yang menggunakan penilaian ekonomi, kompleksitas bisnis, situasi politik
serta sistem hukum, membagi negara-negara ke dalam 10 kelompok berdasarkan sistem
akuntansi, yaitu :
1.
Amerika Serikat / Kanada / Belanda
2.
Negara-negara persemakmuran Inggris
3.
Jerman / Jepang
4.
Daratan Eropa (tidak termasuk Jerman Barat, Belanda
dan Skandinavia)
5.
Skandinavia
6.
Israel / Meksiko
7.
Amerika Selatan
8.
Negara berkembang
9.
Afrika (tidak termasuk Afrika Selatan)
10. Negara-negara
komunis
2.
Pendekatan Induktif (The Inductive Approach)
Dalam pendekatan inductive praktek
akuntansi individual dianalisa, pola perkembangan atau pengkelompokan
diidentifikasi, dan di akhir, penjelasan dibuat dari sudut pandang ekonomi,
sosial, politik, dan faktor-faktor budaya.
Pendekatan Inductive yang
digunakan untuk mengidentifikasi pola akuntansi dimulai dengan menganalisa
setiap praktek akuntansi. Sebuah penelitian statistik tentang prakek akuntansi
internasional yang dilakukan oleh Nair dan Frank ( Juli 1980) secara empiris
membedakan antara praktek pengukuran dan pengungkapan karena keduanya dianggap
memiliki pola perkembangan yang berbeda. Penelitian yang menggunakan data Price
Waterhouse (1973) tersebut menunjukkan bahwa terdapat empat pengelompokkan
karakteristik praktek pengukuran yaitu yang mengikuti model dari: British
Commonwealth, Latin American, Continental European,dan United
States. Namun masalah yang muncul dari tipe riset seperti ini adalah kurangnya
data yang relevan dan yang dapat diandalkan untuk investigasi. Dan juga, dalam
pengklasifikasian seperti ini, penelitian tidak terlalu memperhatikan pengaruh
budaya sebagai suatu variabel yang mendasar sebagai faktor pengaruh perbedaan
sistem akuntansi internasional.
Nair dan Frank dalam The Accounting Review (Juli
1980) membagi negara-negara ke dalam 5 kelompok besar berdasarkan perbedaan
dalam praktek pengungkapan dan penyajian, yaitu :
1.
Model Persemakmuran Inggris
2.
Model Amerika Serikat
3.
Model Eropa Utara dan Tengah
4.
Model Amerika Serikat
5.
Chili
Selain itu juga ada pendapat dari Nobes dalam Journal
of Business Finance and Accounting (Spring 1983) mengidentifikasi
faktor-faktor yang membedakan sistem akuntansi yaitu :
1.
Tipe pemakai laporan keuangan yang dipublikasikan
2.
Tingkat kepastian hukum
3.
Peraturan pajak dalam pengukuran
4.
Tingkat konservatisme
5.
Tingkat keketatan penerapan dalam historical cost
6.
Penyesuaian Replacement Cost
7.
Praktek konsolidasi
8.
Kemampuan untuk memperoleh provisi
9.
Keseragaman antarperusahaan dalam penerapan
peraturan
Pengaruh Budaya dalam Sistem Akuntansi
Kultur dan akar sejarah suatu
negara merupakan langkah awal untuk mengenali faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap akuntansi. Kultur merupakan elemen penting yang harus dipertimbangkan
untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem sosial berubah karena "pengaruh
kultur", yaitu :
1.
Norma dan nilai suatu sistem
2.
Perilaku kelompok dalam interaksinya di dalam dan
di luar sistem
Dalam akuntansi, pengaruh penting budaya dan latar
belakang historis mulai dipertimbangkan. Harrison dan McKinnon mengajukan ide
kerangka metodelogi yang mengunakan budaya untuk menganalisa perubahan di
peraturan pelaporan keuangan perusahaan di tingkat nasional. Budaya
dipertimbangkan sebagai bagian yang penting dalam kerangka untuk memahami
bagaimana sistem sosial berubah karena budaya mempengaruhi norma dan nilai dan
perilaku grup di dalam sistem tersebut.
Gray menyatakan bahwa
budaya atau nilai sosial, di tingkat nasional bisa diprediksi dapat menembus
sub-budaya organisasi dan pekerjaan, meskipun dengan tingkat integrasi yang
berbeda. Sistem akuntansi dan praktek bisa mempengaruhi dan menguatkan nilai
sosial.
Struktur Elemen Budaya yang mempengaruhi Bisnis
Analisa statistik yang
dikemukakan oleh Hofstede (1984) meneliti elemen-elemen struktural dari budaya
yang mempengaruhi kuat prilaku dalam situasi organisasi dan institusi, yaitu :
1.
Individualistik versus Kolektivitas
Individualisme merupakan kecenderungan fungsi
sosial yang relatif bebas dan individual berarti hanya mengurus diri sendiri
dan keluarganya. Kebaikannya, kolektivisme adalah kecenderungan fungsi – fungsi
sosial yang relatif ketat dimana masing individu mengidentifikasi diri sebagai
kelompok dengan loyalitas yang tidak perlu dipernyatakan. Masalah utama dimensi
iniadalah tingkat interdependensi individu dalam sebuah masyarakat.
2.
Kesenjangan Kekuasaan Besar versus Kecil
Power distance (kesenjangan kekuasaan)
adalah sejauh mana anggota masyarakat menerima kekuasaan dalam institusi dan
organisasi didistribusikan tidak merata. Masyarakat dalam Small Power
Distance membutuhkan kesamaan kekuasaan dan justifikasi untuk
ketidaksetaraan kekuasaan. Masyarakat di Large Power Distance menerima
perintah hirarki dimana tiap-tiap orang mempunyai tempat tanpa perlu
justifikasi lagi. Masalah utama di dimensi ini bagaimana sebuah masyarakat
menangani ketidaksetaraan diantara orang-orang jika memang terjadi.
3.
Menghindari Ketidakpastian Kuat versus Lemah
Ketidakpastian adalah tingkat dimana anggotra
masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan keragu-raguan
ketidalpastian kuat berusaha mepertahankan suatu bentuk masyarakat yang begitu
besar kepercayaannya dan kurang toleran terhadap orang atau ide-ide alternatif.
Kebalikanya untuk ketidakpastian lemah. Tema utama pada dimensi ini adalah
bagaimana reaksi sebuah masyarakat tehadap fakta bahwa waktu hanya berjalan
satu arah dan maa depan tidak diketahui serta apakah akan mencoba untuk
mengontrol masa depan atau membiarkanya
4.
Maskulin versus Feminim
Maskulin cenderung pada suatu masyarakat yang
memberi parameter pada keluarga, heroisme dan sukses-sukse material.
Sebaliknya, femenisme cenderung pada hubungan personal, toleran pada kelemahan
dan kualitas hidup. Tema utama pada dimensi ini adalah bagaimana masyarakat
memberikan pera-peran sosial berhubungan dengan masalah gender
Penelitian yang dilakukan oleh Hofstede juga
menunjukkan bagaimana negara-negara bisa dikelompokkan menjadi area budaya,
berdasarkan skor terhadap 4 nilai dimensi,
menggunakan analisa cluster dan mempertimbangkan
faktor geografis dan historis.
Nilai Akuntansi
Gray (1988)
mengidentifikasikan 4 nilai akuntansi untuk profesi akuntan dan praktek
akuntansi:
1.
Profesionalisme versus peraturan perundang-undangan
Nilai ini mencerminkan tentang pilihan untuk
menggunakan pendapat seorang profesional dan pemeliharaan kode-etik profesional
sendiri daripada menggunakan pertimbangan hukum dan kontrol perundang-undangan.
2.
Keseragaman versus fleksibilitas
Nilai ini mencerminkan tentang pemilihan untuk
menggunakan keseragaman praktek akuntansi antara perusahaan dan menggunakannya
secara konsisten dari waktu-ke-waktu, daripada bersifat fleksibel untuk
menyesuaikan dengan kondisi perusahaan masing-masing.
3.
Konservatisme versus optimisme
nilai ini mencerminkan tentang pemilihan untuk
selalu berhati-hati dan konservatif dalam pengukuran sehingga dapat
meminimalisir resiko di masa datang, ketimbang bersikap optimis dan berani
menghadapi resiko yang besar.
4.
Kerahasiaan versus transparansi
Nilai ini mencerminkan tentang pemilihan untuk
tetap merahasiakan informasi dan hanya mengungkapkan informasi bisnis kepada
orang-orang tertentu yang sangat dekat dan berkaitan dengan pihak manajemen dan
keuangan, daripada bersifat terbuka, transparan dan menggunakan pendekatan
akuntansi publik.
Nilai Akuntansi, kultur dan Klasifikasi Internasional
Setelah mengkaitkan nilai
sosial pada nilai akuntansi internasional, seperti perkataan Gray, ternyata
memungkinkan untuk membedakan antara kekuasaan sistem akuntansi, yaitu sejauh
mana sistem tersebut dipengaruhi oleh kontrol perundang-undangan atau
profesionalisme, dengan pengukuran dan pengungkapan karakteristik sistem
akuntansi. Dengan cara ini, nilai akuntansi dapat dihubungkan dengan
karakteristik sistem akuntansi.
Tekanan Internasional untuk Perubahan Akuntansi
Faktor – faktor tekanan
internasional yang mempengaruhi perubahan akuntansi adalah interpendensi
ekonomi dan politik antarnegara, penanaman modal asing langsung, perubahan
strategi perusahaan multinasional, dampak teknologi baru, pertumbuhan yang
cepat dari pasar uang internasional, ekspansi bisnis jasa, dan berbagai
kegiatan organisasi internasional. Sebuah model yang dibuat oleh Gray (1988)
untuk meneliti proses perubahan akuntansi. Diagram dalam model tersebut
mengidentifikasikan beberapa faktor penting mengenai tekanan internasional yang
mempengaruhi perubahan akuntansi seperti:
·
Perkembangan ekonomi dan politik internasional
·
Kecenderungan baru dalam Foreign Direct
Investment
·
Perubahan dalam strategi perusahaan Multinasional
·
Pengaruh teknologi baru
·
Perkembangan pasar keuangan internasional
·
Bisnis ekspansi
·
Aktivitas organisasi regulator internasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar